Warta Oyo_Jathilan merupakan kesenian rakyat yang memiliki magnet kuat mengundang berbagai unsur. Tak hanya penonton, kehadiran makhluk tak kasat mata juga menjadi bagian dari pertunjukan dengan media kuda kepang ini. Oleh sebab itu, jenis kesenian ini sangat efektif digunakan sebagai media penyampai pesan, tak terkecuali pesan atau syiar keagamaan. Konon, begitulah jathilan mulai dipraktikkan sebagai tontonan rakyat sekaligus menjadi tuntunan. Dalam perkembangannya, jathilan menjadi salah satu pilihan ekspresi budaya. Hal ini pula yang mendorong masyarakat Padukuhan Dlingseng untuk membentuk kelompok kesenian jathilan sebagai wadah untuk berekspresi.
Minggu (1/09/2024) di Lapangan Kalisalak Padukuhan Dlingseng, Lurah Banjaroyo Bapak Yoanes Pius Cahyo Nugrohojati menghadiri peresmian kesenian jathilan Krido Mudho Budhoyo. Acara ini juga sebagai puncak acara merti dusun yang rangkaian acara sudah dimulai dari Minggu lalu dengan resik belik 10 sumber mata air, dan di hari Rabu malam juga telah dilaksanakan kembul dongo dan kembul bujono.
Diawali dengan kirab budaya dari RT 43 yang merupakan sanggar jathilan tersebut atau pusat kegiatan-kegiatan yang berada di padukuhan Dlingseng menuju Lapangan Kalisalak. Arak-arakan pemain jathilan dan jaran kepang serta masyarakat yang membawa kendi berisi air dari 10 sumber. Sesampai di lapangan kemudian diserahkan ke Dukuh Dlingseng dan disatukan.
”Selamat atas diresmikannya Kelompok Jathilan Kridho Mudho Budhoyo. Kami menyambut gembira dengan terbentuknya kelompok Kridho Mudho Budhoyo Pedukuhan Dlingseng. Ini akan menambah kekayaan potensi kesenian di Banjaroyo. Sebagai Kalurahan Rintisan Budaya, diharapkan pelaku seni dan kesenian di Banjaroyo semakin bertambah selain tujuannya juga sebagai kesenian rakyat yang menghibur. Selain itu dukung mata air dengan menanam pohon disekitar sumber yang dapat menyimpan air, serta saling mengingatkan akan kewajiban membayar PBB yang sudah jatuh tempo bulan September ini”. ungkap Bapak Pius.